Kamis, 15 Desember 2011

Indah dan Romantis

    Pulau Bintan, Riau
Pulau Bintan teletakdi Provinsi Kepulauan Riau, suasana di pulau ini sungguh memikat,keindahan alam salah satunya. Kemilau pasir putih, birunya air laut, dan rimbunnyapepohonaan merupakan perpaduan yang membuat pulau ini begitu cantik. Di pulau initerdapat banyak tersedia resor yang bisa disewa untuk bulan madu, private beach, wisataselam, serta wisata kuliner yang bisa jadi alternatif saat berbulan madu.

Pulau Moyo, Nusa Tenggara Barat
Jika ingin benar-benar merasakan dunia milik berdua, tak ada salahnya memilih Pulau Moyo di Nusa Tenggara Barat, sebagai tempat bulan madu. Daerahnya masih sepi dan asli, tapi jangan takut tak ada fasilitas. Di sana ada cottage-cottage yang menyediakan aneka fasilitas. Selain hamparan pasir putih, ada juga terumbu karang lengkap dengan ikan laut warna-warni. Tak ketinggalan air terjun serta kolam-kolam alami.

Desa Ubud, Bali
Desa ini terkenal dengan budaya dan keindahan alamnya. Disini, Anda dan pasangan akan merasakan ketenangan jiwa raga dengan melihat pemandangan pegunungan yang hijau dan indahnya sawah bertingkat. Desa ini juga diyakini bisa memberikan sejuta inspirasi.

Bunaken, Manado, Sulawesi Utara
Pulau ini terdapat Taman Laut Bunaken yang eksotis. Taman laut ini merupakan salah satu laut yang memiliki biodiversitas kelautan tertinggi di dunia. Lokasi resor sangat strategis dengan pemandangan alam Bunaken yang indah. Tak ada salahnya kan , setelah beromantis-romantisan dengan pasangan, kemudian mengeklsporasi keindahan bawah laut Bunaken dengan melakukan snorkling?


Kampung Sampireun, Garut, Jawa Barat
Kampung Sampireun terletak di Ciparay, desa Sukakarya, Garut, Jawa Barat. Kampung Sampireun ini menawarkan semua kesederhanaan sekaligus kenyamanan fasilitas yang Anda butuhkan untuk bulan madu Anda.Jika Anda ingin merasakan suasana pedesaan khas Sunda, lengkap dengan bale-bale, masakan Sunda, musik Sunda, maka Kampung Sampireun bisa menjadi pilihan tempat bulan madu. Pemandangan yang indah dan lingkungan yang tenang, udara bersih dan segar itu menjadikan resor ini tempat yang tepat untuk pasangan yang berbulan madu.

Pulau Belitung
Pulau Belitung didominasi pantai dengan panorama indah, air yang jernih, dan hamparan pasir putih di sepanjang pesisir pantai. Banyaknya teluk-teluk dengan perairan tenang menjadikan tempat ini cocok bagi pasangan bulan madu yang gemar olahraga air. Pemandangan alam menakjubkan di Pulau Belitung, barangkali tidak dapat dijumpai di pulau-pulau lain, inilah keistimewaan pulau ini, manarik dijadikan tempat untuk bulan madu nan romantis. 

 Tanjung Lesung, Banten
Tanjung Lesung terletak di kawasan pantai barat Selat Sunda, tepatnya di Desa Tanjung Jaya, Pandeglang, Banten. Resor ini dapat dijadikan alternatif tujuan bulan madu Anda dengan pasangan tercinta, ditempuh selama 3,5 jam dari ibu kota Jakarta lewat Pandeglang. Suasana disini begitu memikat dengan pesona keindahan biru lautnya dan pasir putih yang terhampar luas. Menikmati keindahan laut yang begitu cantik serta air laut yang amat jernih sehingga bisa terlihat ikan-ikan yang berenang melewati terumbu-terumbu karang. Beragam aktivitas olahraga air terdapat di sini, seperti; Banana Boat, Jet Ski, hingga berpetualang menelusuri Gunung Krakatau. 
Pulau Umang, Banten
Pulau Umang terletak di Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten. Tempat ini cocok untuk lari dari kebisingan kota sekaligus menikmati indahnya momen bulan madu. Di pulau ini, terdapat resor yang ditata dengan sentuhan artistik alami, Keindahan laut yang dikelilingi pegunungan makin menambah suasana romantis saat berbulan madu.


Pulau Takabonerat
Takabonerate di Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan, akan disiapkan sebagai daerah tujuan wisata internasional dengan mengagendakan sejumlah penyelenggaraan program-program wisata tahunan internasional. obyek wisata bahari Takabonerate yang merupakan taman laut terindah ketiga dunia yang memiliki jutaan biota laut yang dilindungi.
 



Sabtu, 22 Oktober 2011

Batik milik INDONESIA


Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009.
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta

Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB.

Rabu, 19 Oktober 2011

Melestarikan Budaya Keraton


Pernikahan Putri Sultan Hamengku Buwono X, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara dengan Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Yudanegara menjadi oase di antara hiruk pikuk berita reshuffle dan polah elite yang terjerat hukum di negeri ini. Lebih dari itu, royal wedding  ala Keraton Yogyakarta ini menjadi bukti bahwa budaya kita belum mati tergerus modernisasi.

Pertanyaan yang kemudian mengemuka, sampai kapan ritual budaya yang terbungkus dalam kehidupan keraton-keraton seperti di Kesultanan Yogyakarta ini bertahan? Bukan rahasia, keraton-keraton di Indonesia terbengkalai. Perhatian pemerintah sangat minim. Simbol-simbol penjaga budaya adi  luhung ini berjalan menuju titik nadir. Karena itu, harus ada tindakan nyata pemerintah untuk menyelamatkan kehidupan keraton.
Pemerintah layak membiayai keraton-keraton besar yang menjadi simbol akar budaya bangsa. Keberlanjutan kehidupan keraton-keraton di seluruh Nusantara berarti melestarikan budaya bangsa sekaligus menggairahkan kegiatan bisnis dan pariwisata. Budaya dan tradisi di masa lampau bukan gambaran kekunoan melainkan justru menjadi nilai jual berharga sebuah bangsa.

Ritual pernikahan GKR Bendara dengan KPH Yudanegara adalah bukti. Pihak Kraton sedikitnya menyebar 2.500 undangan. Tamu undangan yang hadir bukan hanya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wapres Budiono melainkan juga sejumlah pemuka pemerintahan dari negara-negara lain. Nama harum Yogyakarta secara khusus dan Indonesia secara umum terpancar dari acara agung ini. Ritual budaya seperti pada prosesi pernikahan ini menjadi penunjuk bahwa Indonesia tidak identik dengan teroris atau budaya kekerasan.

Arak-arakan rombongan keluarga keraton mengendarai tiga kereta kencana Kyai Kutho Kaharjo, Kyai Puspoko Manik, dan Kyai Kus Gading menjadi pertanda betapa besar dan kaya budaya kita di masa lalu. Inilah yang akan ditunjukkan kepada dunia sebagai pesta bersama. 

Sekitar 200 angkringan gratis akan disajikan di sepanjang Jalan Malioboro, Yogyakarta. Angkringan tersebut disediakan oleh warga Yogyakarta sebagai wujud rasa bahagia dari rakyat untuk keraton yang sedang menggelar pesta pernikahan.

Betapa elok bila keraton-keraton lain, dengan berbagai keunikannya, dapat seperti keraton Yogya berhasil  menjadi simbol peradaban masa lalu yang masih menjaga akar budaya bangsa. Kini sekurangnya terdapat 49 keraton di  Indonesia baik berbentuk kesulatanan, kasunanan dan bentuk kerajaan lainnya. Sayang, sebagian dari jumlah tersebut hanya tinggal nama dan bangunan. Sedangkan kegiatan keraton dan segala macam pernik ritual adat, sudah tiada.

Perkembangan zaman seiring berubahnya pemerintahan dan tata negara telah membawa perubahan pada keraton. Kawasan di dalam keraton atau yang disebut njeron beteng (dalam benteng) kini tak lagi monopoli keluarga raja dan abdi dalem. Benteng fisik boleh tertembus, namun di usia dua setengah abad Keraton Yogyakarta, adat istiadat keraton tidak serta merta tergerus. Jati diri tetap kokoh berdiri.

Sayang, kita lupa memberikan penghargaan kepada mereka yang terus menjaga budaya itu. Kita tidak menyadari bahwa tugas dan kewajiban menjaga adat budaya tidak semudah menjaga materi yang kelihatan. “Para penjaga” itu harus hidup di dalamnya serta rela tidak larut pada tata kehidupan dan budaya kebanyakan. Latar belakang inilah yang seharusnya menggugah kita semua memberikan penghormatan dan penghargaan.

Ketika keraton terbengkalai, tidak jelas lembaga mana yang harus bertanggung jawab. Sampai saat ini perhatian pemerintah terhadap keberlangsungan kehidupan keraton sangat minim. Banyak keraton yang tak lagi bisa menghidupi diri sendiri karena tak ada lagi sistem pemerintahan kerajaan yang memungkinkan keraton hidup. Sementara subsidi pemerintah tak mencukupi.

Salah satu contoh paling nyata adalah fenomena pencurian benda-benda budaya dari museum keraton. Minimnya anggaran bagi museum-musem benda bersejarah milik keraton, membuka peluang terjadinya penyelewengan maupun tindak kriminal pencurian benda bersejarah.

Museum pelat merah relatif terpelihara dan representatif sementara museum keraton justru dikategorikan museum swasta. Kondisi ini sangat kontradiktif dengan kampanye pemerintah berkaitan dengan pariwisata. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata  mengkampanyekan “Wonderfull Indonesia” yang meliputi antara lain keindahan alam, keindahan budaya, keramahan masyarakat namun abai terhadap bagian yang menjadikan Indonesia wonderfull.

Mengaca pada negara-negara maju seperti  Inggris dan Jepang, tampaknya kita butuh payung hukum untuk melindungi kehidupan keraton. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 39 Tahun 2007 tentang Fasilitasi Keraton sampai saat ini belum cukup “membentengi” eksistensi keraton. Peraturan tersebut tidak mengikutsertakan secara jelas tanggung jawab pemerintah terutama dalam pengalokasian anggaran demi keberlanjutan kehidupan keraton. Kita berharap pemerintah tidak hanya berharap mendapatkan manfaat dari ritual-ritual agung seperti royal wedding ala Yogyakarta, namun juga ikut serta memikirkan keberlangsungan kehidupan keraton se-Nusantara.